Minggu, 19 September 2010

dear ALLAH

Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Kadang aku tak kuat menghadapi hidup ini

yang kadang ku tak tau cara menghadapinya...

kadang ku muak dengan segala kemunafikan...

tapi belaian lembutmu Ya Allah ...menyadarkanku

Maafkan Ya Allah ..hambaMu yang suka tak tau berterima kasih ini

selalu lupa bersyukur atas segala nikmat yang Kau berikan

Selalu melihat ke atas daripada ke bawah...

SElalu ingin mengakhiri hidup daripada meneruskan hidup

Padahal dengan hidup ini...

Kuharap bisa berbuat sedikit lagi utk sesama..walau hanya seujung kuku

menabung supaya bisa menemuiMu

Terima kasih Ya Allah ....atas hidup ini

Terus bimbing aku Ya Allah ...Supaya aku tidak tersesat ...

Jumat, 17 September 2010

GIRLS BABY NAME

GIRLS BABY NAME
A
Abir (abeer – keharuman)
Adiba (adeeba – beradab / berbudaya)
Afaf (afaaf – kemurnian / kesopanan)
Afia (aafiya-vigour/vitality)
Afifa (afeefa-jujur, tegak)
Ahlam (ahlaam – mimpi)
Amal (hope)
Amira (Ameera – putri)
Anbar (ambar – kamper)
Areej (aroma)
Arwa (puas, menyenangkan, segar)
Azhaar (bunga)
Azizah (azeeza – Sayang / kuat)
Azra (azraa – perawan – digunakan untuk Maryam / Maria)
B
Badar (bulan purnama)
Badriya (bulan purnama-wali)
Bahia (bahiya – manis)
Bahija (baheeja – bahagia)
Bahja (kebahagiaan)
Balighah (baleegha – fasih)
Banan (banaan-ujung jari)
Barirah (bareera-saleh, baik)
Basha’ir (bashaaer-kabar gembira)
Bashasha (bashaasha-keceriaan)
Bashira (basheera-laporan rapi, baik)
Basima (baseema-tersenyum)
Batul (batool – bersih)
Bilqis (bilqees – nama ratu Sheeba yang menjadi Muslim di
waktu Salomo)
Budur (bulan purnama)
Bushra (baik, rapi)
Badai (jamak Badia, heran, kagum)
Badiha (Insight, perseptif fakultas)
Badiyah (Desert; Binti al-Ghaylan begitu Saqafi bernama; ia adalah dari Taif)
Badr (Bulan purnama keempat belas malam)
Badriyah (seperti bulan Full)
Badrun Nisa (Satu bulan dari perempuan)
Baha (Kecantikan, kemuliaan, kemuliaan, kebesaran, cahaya)
Bahar (Spring, mekar)
Bahar Bano (Blooming putri)
Baheera (Dazzling, cemerlang)
Bahija (Senang, bahagia, gembira, senang, menyenangkan, ceria)
Buhairah (Brilliant, hebat, megah, cantik, spektakuler)
Bahiya (Cantik, brilian, elegan, berseri-seri, cantik, menarik)
Bahriyah al-Aabidah (Dia adalah seorang pemuja setia dan asketis dari Basrah. Dia
pernah berkata, “Jika jantung menyerah nafsu, maka kemudian menjinakkan
pengetahuan) “
Baiza (Putih, cerdas, cemerlang, polos, murni; fem. Dari Abyad)
Bajila (Penghargaan, bermartabat, sangat dihormati)
Bakarah (Keperawanan)
Bakhita (Lucky, beruntung; fem. Dari Bakhit)
Bakht (Lot, Nasib, Porsi)
Bakhtawar (Beruntung, Lucky)
D
Durriyah (durriyyah-cemerlang)
Dafiya (Narrator hadis, putri Muhammad bin Bisharah)
Dahma (Dia adalah seorang sarjana agama dan telah belajar dari saudara laki-lakinya Al-Imam al-Mahdi)
Daiba (tekun, gigih, setia)
Dalal (kegenitan, memanjakan)
Dalia (Dahlia, bunga)
Denmark (Kebijaksanaan, belajar)
Denmark Ara (Diberkahi dengan kebijaksanaan, belajar)
Daniya (…)
Dara (Halo (bulan))
Darakhshan (Shining)
Daria (Learned, mengetahui)
Darra (mutiara, cemerlang, dot, ambing; nama sebuah Sahabiyah RA, putri Abu Lahab)
Daulah (Kekayaan, kerajaan, negara, kekuasaan)
Dawha (Lofty pohon dengan banyak cabang, pohon keluarga)
Dawlat Khatoon (Dia berasal dari keluarga yang berkuasa)
Deeba (Brokat)
Deenah (Ketaatan)
Dila (Heart, pikiran)
Dilara (Kekasih, orang yang menghiasi hati)
Dildar (Memiliki hati yang besar. Istri Kaisar Mughal Babur)

E
Eiliyah (satu yang indah untuk bertumbuh dalam damai dan cinta dengan Allah.)
Eimaan (Faith)
Eiman (Faith)
Eliza (Unique, berharga.)
Elma (Apple)
Eman (Faith)
Enisa (teman baik)
Eraj (cahaya pagi)
Erina (wanita cantik)
Ermina (ramah)
Erum (Surga)
Esha’al (dilindungi)
Eshal (Nama bunga di surga.)
Eshmaal (Bunga mawar merah.)
Ezzah (Seseorang yang memberikan kehormatan, rasa hormat.)
F
Fadwa (….)
Faiqa (FAA-eqa – beredar, terjaga)
Faiza (menang)
Farah (kebahagiaan)
Farha (bahagia)
Faryal (…)
Fatema (faatima – …)
Firdaus (surga)
Faariha (Happy, senang, gembira, ceria, gembira; fem. Dari Farih)
Fadia (Penebus)
Fadwa (nama yang diambil dari pengorbanan diri)
Faheemah (Intelligent)
Fahhama (Sangat cerdas, belajar, sangat pengertian)
Fahm (Akal, kecerdasan, wawasan)
Fahm Ara (dihiasi dengan intelek, cerdas)
Fahmida (Cerdas, bijaksana)
Faida (Benefit, keuntungan, keuntungan, nilai, kesejahteraan)
Faiqa (Excellent, luar biasa, dibedakan, unggul, leluhur)
Faiza (Jaya, kemenangan, pemenang, sukses, makmur; Laki2: Faiz)
Fajar (Fajar, naik, mulai, mulai)
Fakeehah (Ceria)
Fakhar (Kehormatan, kebanggaan, kemuliaan)
Fakhira (Excellent, mulia, indah, berharga, terhormat)
Fakhr (Glory, kebanggaan, kehormatan)
Fakhriya (Bangga, kehormatan, kemuliaan, kebanggaan, untuk tujuan mulia; laki2: Fakhri)
Fakhrun Nisa (Kemuliaan perempuan)
Fakhtah (burung merpati. Ini adalah nama Ummu Hani; Atau nama ibu
Khalid bin Yazeede)
Fakihah (Buah)
H

Hababah (A putri Ajlan; Dia adalah narator hadis)
Habiba (Beloved, Sayang, Sayang)
Hablah (Seorang wanita yang memperoleh banyak)
Haboos (Ini adalah nama wanita mulia yang baik dan murah hati; ia tinggal di Lebanon)
Hadaya (jamak dari Hadiya, hadiah, sekarang)
Hadeel (… merpati)
Hadeeqah (Garden)
Hadia (Panduan untuk kebenaran)
Hadiya (Gift, hadiyah; bernyanyi. Dari Hadaya)
Haeda (Seorang wanita yang bertobat banyak)
Haemah (Cinta berlebihan)
Hafeeza (Guardian, pelindung)
Haffafa (Glittering, bersinar, tipis, damai, lembut angin)
Hafiza (gelar kehormatan dari seorang wanita yang telah memorised Quran, penjaga, pelindung)
Hafsa (Cub; istri Muhammad; putri dari Khalifa Umar)
Hajar (Istri Nabi Ibrahim AS adalah nama Hajar AS)
Hajira (Istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Ismail)
Hajjah (Dia adalah seorang narator hadis, putri Murrah)
Hajna (Putri Nusayb, ia adalah seorang penyair wanita) (AN)
Hakeema (Wise, bijak, bijaksana, hati-hati)
J
Jamila (jameela-indah)
Janna (kebun)
Jasmin (yasmin)
Jawhara (gem)
Juwairiyah (gadis kecil)
K
Kamila (kameela / kaamila-selesai)
Kausar (danau di surga)
Khadeeja (Istri Nabi)
Khansa [penyair wanita]
Khawlah (kesepian)
L

Labiba (Cerdas, bijaksana, bijaksana, pengertian, cerdas, bijaksana)
Laiqa (Layak, pantas, elegan, mampu, layak)
Lama (Kegelapan batin bibir, itu dianggap indah)
Lamia (Brilliant, berkilau, bersinar, berseri-seri)
Lamisa (Soft untuk menyentuh)
Lamya (Dark-berbibir (dari dalam))
Laraib (Tidak curiga, kebenaran)
Latifa (Pretty, menawan, lembut, manis, halus, ramah, kelakar, humor,
ramah)
Layaan (Kelembutan, kelembutan, kelembutan)
Layina (Tender, lentur, ulet)
Layla (Seorang tokoh terkenal dalam sastra Arab yaitu kekasih Majnoon)
M
Ma’ali (ketinggian)
Mahasin (kebajikan)
Maimuna (beruntung, diberkati)
Mais (bangga gaya berjalan)
Maisa (satu dengan bangga gaya berjalan, walker dengan bangga gaya berjalan)
Maisara (kenyamanan, kemakmuran)
Maisun (maysoon / makna?)
Makarim (Makaarim-kebaikan)
Malak / Malaeka (malaikat – malaikat)
Malika (maleeka-pemilik)
Manal (manaal-prestasi)
Manar (manaar-mercu suar)
Maram (maraam-tujuan)
Mariha (gembira, ceria)
Maryam (Maria)
Mawahib (mawaahib-kemampuan)
Mayesa (sama dengan “Maisa” di atas)
Muna (keinginan)
Muniba (muneeba-bertobat kepada Allah)
Munira (muneera-illuminator)
N
Naaz (Glory, kebanggaan, keanggunan, keanggunan, segar)
Naazira (Satu dengan sehat dan bahagia tampak, berseri-seri, berkembang, gemilang, cerah, berseri-seri)
Nabaha (Fame, bangsawan, kecerdasan, kecerahan, kecemerlangan)
Nubwiyah (Prophetic)
Nabeeha (Noble, terkenal, terkemuka, dibedakan, brilian, cerdas Nabih)
Nabiha (Noble, terkenal, terkemuka, dibedakan, cemerlang)
Nabila (Noble, keturunan bangsawan, murah hati, cantik, cerdas, terhormat)
Nadaa (Dew, kemurahan hati, kemurahan hati, keluhuran budi)
Nadi (lembab, lembab, lembut, halus)
Nadida (Rival, sama)
Nadima (Intim teman, pendamping)
Nadira (Langka, luar biasa, pilihan, berharga)
Nadiyya (Fem Nadi, embun, kemurahan hati, lembap, lembut, halus)
Nadra (Radiance, mekar, glamor, kecerahan, kemewahan, kekayaan)
Nadwa (Dewan, klub)
Naeema (Kebahagiaan, damai, kenyamanan, kemudahan, kesenangan, halus, lembut, kebahagiaan)
Nafia (menguntungkan, menguntungkan, menguntungkan, berguna, bermanfaat)
Nafisah (Refined, murni, berharga, halus, pilihan, indah)
Nageenah (Precious Stone)
Naghma (Melody, lagu)

P
Pakeezah (Female Murni)
Parveen (Female Sangat Noble)
Pari (Fairy, peri-seperti indah)
Parinda (Female Burung)
Pariza (Female Fairy, bunga)
Parsa (suci, taat, saleh)
Parvin (The Pleiades)
Parvina (Female Shining bintang)
Q
Qabalah (Tanggung Jawab; Nama narator hadis, putri Yazid)
Qabila (Able, bijaksana)
Qabool (awal Accepted. perempuan, putri Abdullah, membebaskan budak al-Mustanjid
Billah)
Qadira (kuat, mampu)
Qahira (kuat, menang)
Qailah (Satu yang berbicara)
Qamar (Bulan)
Qamar Jahan (Bulan dari dunia)
Qamarun Nisa (Bulan dari perempuan)
Qamayr (Putri Amr al-Khufiyah, istri Masrooq, ia adalah narator
Hadits)
Qameer (Istri Masrooq bin al-Ajda putri Amr al-Kufiyah, ia adalah seorang
narator hadis)
Qamra (Moonlight, terang bulan, terang; fem. Dari Aqmar)
Qaniah (puas)
Qantara (Bridge)
Qaraah (mega kecil; Seorang wanita jenis dari Hijaz itu nama ini)
Qareebah (Tertutup, Dekat)
Qaribah (Nama seorang wanita sarjana, Umm al-Buhlul, dari Bani Asad)
Qarsafah (Dia adalah seorang narator hadis yang dikenal sebagai Qarsafah al-Zahliyah)
Qasima (Distributor, divider; fem. Dari Qasim)
Qasoomah (Ini adalah nama seorang putri penyair wanita Ismail al-Yahudi)
R
Raani (Ratu)
Rabab (Biasanya dua senar instrumen)
Rabia (keempat. “Rabia Basri”, nama seorang santo yang tinggal di Basrah)
Rabiha (Pemenang, pemenang; fem. Rabih)
Rabita (Band, obligasi, link penghubung)
Rabiya (Spring, musim semi, taman)
Rabwa (Hill)
Raeesa (Pemimpin, kepala, putri, wanita yang mulia, seorang wanita kaya)
Rafat (Mercy, belas kasih, kasihan)
Rafeeah (Sublime, tinggi)
Rafia (peringkat tinggi, mulia, luhur, indah, mulia, terkemuka)
Rafiah (Maha)
Rafida (Support, prop)
Rafif (Glittering, berkilau, berkilauan)
Rafiqa (Intim teman, sahabat, rekan)
Rafraf (Cushion, perisai mata)
Raghada (Comfort kemewahan, kemakmuran)
Raghd (Pleasant, banyak)
Raghiba (berkeinginan, keinginan, bersedia)

S

Saadat (Blessing)
Saaida (Branch, anak sungai)
Lagu Murut (Istri Nabi Ibrahim dan ibu Nabi Ismail)
Saba (Ratu saba, ratu Sheba)
Saba (angin Timur)
Sabah (pagi, fajar)
Sabahat (Kecantikan, keanggunan, ketampanan)
Sabat (Keteguhan, stabilitas, kepastian, daya tahan, keberanian, kebenaran)
Sabeeha (Cantik, tampan, pagi)
Sabeera (Pasien, toleran)
Sabha (Pretty, cantik, anggun, berseri-seri)
Sabia (Captivating, menawan, memesona)
Sabih (Pretty, cantik, anggun)
Sabiha (Datang atau tiba di pagi hari)
Sabiqa (Pertama, pemenang)
Sabira (Pasien, toleran)
Sabita (Yah didirikan, yakin, yakin)
Sabriya (Pasien)
Sabuh (Shining, cemerlang)
Sabura (Sangat pasien, abadi)
T
Taalea (Beruntung)
Taaliah (Lucky, Beruntung, Fortune, Destiny)
Tabalah (Dia adalah putri dari Yazid (Dipanggil oleh beberapa orang sebagai Bunanah); ia adalah seorang
narator hadis)
Taban (Glittering, kesenangan)
Tabassum (Tersenyumlah, kebahagiaan)
Taghrid (Bernyanyi, berdekut)
Tahani (jamak dari Tahniat, ucapan selamat, ucapan selamat, baik berharap)
Tahira (suci, murni, saleh, bersih; fem. Dari Tahir)
Tahiya (Salam, salam, bergembiralah, welcome)
Tahmina (Istri pahlawan Persia yang terkenal dan ibu Rustam Sohrab)
Tahseen (Perhiasan, ornamen, hiasan, perhiasan, perbaikan, pujian,
kecantikan)
Tahseenah (Acclaim)
Taiba (Orang yang menahan diri dari kejahatan-doing; bertobat; fem. Dari Taib)
Taif (Visi, hantu)
Taisir (ucapan selamat)
Taj (Crown)
Talat (Face, Sight)
Talbashah (A narator hadis, putri dari Kab bin Maalik)
Thalhah (Kuniyah nya adalah Ummu Ghurab dan ia adalah seorang narator hadis.
Tali (Rising bintang, naik)
U Ubayda (Female hamba pangkat rendah)
Udaysah (Ini adalah nama narator hadis, putri Ahban al-Ghifariyah)
Ula (peringkat tinggi, prestise, kemuliaan)
Ulfat (Persahabatan, keintiman, cinta, lampiran)
Ulya (tinggi, tertinggi)
Umama (nama yang tepat grand Nama putri Nabi Muhammad)
Umarah (Nama seorang Sahabi yang mengambil bagian dalam perang Badar)
Umayma (mungil Umm, ibu)
Umaynah (Putri Anas bin Malik. Dia punya nama ini dan telah meriwayatkan hadis)
Umayrah (Dia adalah putri dari Alqamah)
Umayyah (Dia adalah seorang narator hadis)
Ummu (Mother. Digunakan sebagai atributif, untuk membuat suatu senyawa yang bagian pertama
adalah Umm)
Ummu Abaan (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
Ummu Fakeeh (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
Ummu Haram (Nama dari RA Sahabiyah)
Ummu Khalid (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
Ummu Rabeeah (Nama Sahabiyah RA)
Ummu Shareek (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
Ummu Sulaim (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
Ummu Umarah (Nama dari sebuah Sahabiyah RA)
W

Wadad (Cinta, persahabatan)
Waddia (damai, ramah)
Wadi (Lembut, tenang)
Wadida (Terlampir, setia, ramah, suka)
Wafa (Kesetiaan, kesetiaan, kesetiaan, iman)
Wafeeqa (sukses; fem. Dari Wafiq)
Wafia (Setia, setia)
Wafiqa (sukses)
Wafiya (Benar, dapat dipercaya, dapat diandalkan, setia, setia, sempurna, lengkap; fem. Dari
Wafi)
Wahabah (Ini adalah nama seorang penyair wanita)
Waheebah (Satu yang memberi)
Waheeda (Satu, eksklusif, unik, tak tertandingi, tunggal; fem. Dari Wahid)
Wahiba (Pemberi)
Wahida (Salah satu jenis)
Wajahat (Respect)
Wajida (Achiever, bersemangat, finder, kekasih; fem. Dari Wajid)
Wajiha (Tinggi, terkemuka, terhormat, terhormat, baik terhormat, terkenal, fem.
dari Wajih)
Wakalat (Advokasi)
Wakeela (Agent)
Walidah (Newborn anak)
Y
Ya’laa (Swt, tinggi. Nama dari sebuah Sahabi RA)
Yakta (Unique, tak ada bandingannya)
Yalqoot (wanita filantropis awal dari Damaskus yang memberikan banyak amal)
Yaqoot (Ruby, safir, topaz)
Yasim (Jasmine)
Yasmeenah (Sweet-berbau bunga)
Yasmin (Bunga disebut melati)
Yumna (tangan kanan, kanan, beruntung, beruntung, diberkati)
Yumnah (Kebahagiaan, kesuksesan)
Yusayrah (Easy)
Yusra (Waktu sisi, keadaan santai)
Yusra (Mudah; sisi kiri)
Z
Zaaminah (Satu yang berdiri jaminan bagi yang lain yang membantu)
Zabiyah (Dia adalah putri dari al-Barra bin Maroor; dia melaporkan hadis dari Nabi saw)
Zabya (kijang betina)
Zafeerah (Usaha)
Zafira (Jaya, kemenangan, sukses, pemenang, penakluk)
Zaghlula (merpati muda)
Zahabia (Golden, berharga)
Zaheen (Pintar, cepat, cerdas)
Zaheera (penolong, pendukung, pelindung, pelindung)
Zahida (saleh, pertapa, seorang pertapa, menyangkal diri)
Zahira (Bright, cemerlang, bersinar, bercahaya, dibedakan, luhur)
Zahra (Bright, cemerlang, berseri-seri, bersinar, bercahaya)

BABY BOYS NAME

<
BABY BOYS NAMAE
A
Aazad (bebas, independen – kata Persia)
Aban (abaan-lebih jelas)
Abbad (abbaad-penyembah besar)
Abbas (Abbas-nama paman Nabi)
Adib (Adeeb – berbudaya, beradab)
Affan (affaan-nama ayah Khalifah Usman)
Ajwad (lebih baik)
Allam (sangat knowledgeagble)
Almas (intan)
Amir (Aamir-berkembang, sejahtera)
Ammar (pembangun ammaar-besar)
Aniq (rapi, elegan, smart)
Antar (nama pahlawan ksatria Arab)
Arwarh (lebih lembut, lebih ramah)
Asyraf (lebih mulia)
Asif (aasif-pendeskripsi)
Asil (aseel-asli, murni)
Asir (menawan, memesona)
Askari (tentara)
Awwab (awwaab-repenter besar kepada Allah)
Ayaz (ayaaz-budak [Persia])
Ayham (imajiner)
Ayman (kidal, beruntung)
Azhar (sangat atau lebih jelas – kata Arab)
B
Baariq (bersinar, pencahayaan, menerangi)
Bakir (baakir-awal)
Basil (berani, berani, berani)
Basim (baasim-tersenyum)
Baz (elang)
Baadi (berbeda, jelas, sederhana, jelas)
Baahi (Agung, megah)
Baahir (yang berlaku)
Baaligh (Mayor)
Baar (Hanya, saleh)
Baare (Brilliant, superior, luar biasa)
Baari (Asal, pencipta)
Baariq (Shining, kilat, terang, menerangi)
Babar (Tiger)
Badi (Wonderful, menakjubkan, unik, menakjubkan)
Badiul Alam (Unik di dunia)
Badiuz Zaman (Genius waktu)
Badar (Full bulan)
Badr-e-Alam (purnama dunia)
Badrud Duja (Satu bulan dari gelap)
Badruddin (Bulan purnama agama (Islam))
Baghawi (Residen Bagh atau Baghshur di Khurasan)
Baha (Kecantikan, cahaya, keagungan kebesaran)
Bahauddin (Glow dari agama (Islam))
Bahhas (Jelajahi; Cendekiawan penelitian; nama seorang sahabat Nabi)
D
Dara (pemilik, berdaulat)
Diwan (istana, mahkamah keadilan)
Daanish (Kebijaksanaan, Belajar, Sains)
Dabir (Root, asal, utama, yg silam)
Daghfal (Ibnu-Hanzalah memiliki nama ini dan ia adalah genealog pertama Islam)
Dahbal (Ini adalah nama Ibnu Wahab Zamai; yang sangat mulia, murah hati)
Dahhak (Satu yang tertawa banyak)
Daiyan (A perkasa penguasa, hakim, penjaga, pelindung)
Dakhil (Foreigner, orang asing)
Dalaj (A mufti Baghdad, Ibn Ahmad al-Sajazi, punya nama ini, ia sangat
murah hati)
Dalil (Panduan, model, pemimpin, contoh)
Dana (Wise, belajar)
Daniyal (A Nabi Allah)
Dara (Pemilik, berdaulat)
Darim (Ini adalah nama seorang narator hadis)
Darvesh (orang Suci)
Dastgir (Pelindung, santo)
Dawlah (Kekayaan, kebahagiaan)
Dawud (A Nabi dan ayah Nabi Sulaiman. Dalam Alkitab, ia dikenal sebagai David)
Daylam (Nama seorang sahabat Nabi saw)
Dayyan (Perkasa, Penguasa)
Didar (Visi, penglihatan)
E
Ehan (bulan penuh)
Ehsaas (rasa)
Ihsan (bertenaga)
Eijaz (mukjizat, ajaib)
Ejaz (Untuk melakukan sesuatu yang orang lain tidak dapat lakukan; sebuah keajaiban)
El-Amin (terpercaya)
Emran (Kemajuan, Prestasi.)
Eshan (Layak)
F
Faiq (FAA-eq-luar biasa, terjaga)
Fakih (fakeeh-menyenangkan)
Faqih (faqeeh – bijaksana)
Fatih (faateh-penakluk, pembuka)
Faaiz (Jaya, kemenangan, sukses)
Faateh (Penakluk)
Fadi (Penebus)
Fahd (Leopard, …… )
Faheem (Cerdas, bijaksana, belajar, terpelajar)
Fahmi (Intelligent, intelektual, faham, mengerti)
Faid (Benefit, keuntungan, keuntungan, nilai, kesejahteraan)
Faiq (Excellent, luar biasa, dibedakan, unggul)
Faisal (umpire, arbiter, tegas, pedang, seorang hakim)
Faiz (Super kelimpahan, penembusan, banyak, kemurahan hati, anugerah, kemurahan, karunia)
Faiz-e-Rabbani (ilahi Memiliki surplus)
Faizan (Dermawan)
Faizi (Diberkahi dengan berlimpah-limpahnya)
Faizul Anwar (Kelimpahan cahaya atau rahmat)
Faizullah (Kelimpahan dari Allah)
Fajar (Fajar, naik, mulai, mulai)
Fakeeh (Ceria)
Fakhir (Excellent, superior, megah, terhormat, berharga, bangga)
Fakhr (Glory, kebanggaan, kehormatan)
Fakhr-ud-Dawlah (Kemuliaan kerajaan / negara)
H
Haidar (singa) Haitham (singa))
Hamdan (praiser (dari Allah)
Hamza (nama paman Nabi)
Hariz (kuat, aman, dijaga)
Hasan (cantik, baik)
Hashim (haashim-pukulan keras, nama Nabi kakek besar)
Hisyam (Hisyam – populer nama Arab)
Humam (humaam-dermawan, heroik)
Husain (bentuk demunitive Hasan (atas))
I
Ibtihaj (ibtihaaj-kebahagiaan)
Ibtihal (ibtihaal-doa)
Ibtisam (ibtisaam-senyum)
Iffat (kemurnian/kesopanan)
Ilham (ilhaam-wahyu)
Inas (Eenaas-ramah)
Intisar (Intisaar-kemenangan)
Ishraq (ishraaq-cahaya)
Itidal (I’tedaal-keseimbangan)
Itimad (I’temaad-kepercayaan)
Imad (pilar, pos, dukungan)
Iqbal (iqbaal – advance, datangnya)
Isam (sukses mandiri)
J
Jalal (jalaal-kemuliaan, kemegahan)
Jamal (jamaal-kecantikan)
Jamil (Jameel-indah)
Jasim (besar & terkenal)
Jawwad (jawwaad-dermawan)
K
Kamil (sempurna, lengkap, asli, belajar)
L
Labib (Intelligent, masuk akal, rasional, bijaksana)
Labid (A pendamping)
Lahi’ah (Uqabah Bin al-Misri seorang narator hadis punya nama ini)
Laiq (Layak, pantas, mampu, layak)
Lais (ahli hukum terkenal punya nama ini. Bin Saad bin Abdur Rahman
Lajlaj (Seorang sahabat Nabi saw al-RA telah Aamiree nama ini)
Laqeet (Sabirah Bin RA adalah seorang sahabat terkenal Nabi saw)
Laskhar (Soldier, tentara)
Latif (Kind, ramah, sopan, lembut, ramah)
Layeeq (Layak, mampu, pintar, masuk akal)
Layyin (Tender, ulet)
Liaquat (kesopanan, kepantasan, kompetensi, nilai, kemampuan, kebaikan)
Limazah (Ibnu Zabbar punya nama ini, ia adalah seorang narator hadits)
Lisan (lidah, bahasa)
Lisanuddin (Bahasa agama (Islam).
Luqman (Luqman .. Orang bijak adalah jenis kebijaksanaan yang sempurna, Lokman)
Lut (Nama seorang nabi besar Allah)
Lutf (Kebaikan, keramahan, kelembutan, keanggunan, sopan, mendukung (dari Allah).
Lutf-ul-Baari (Budi Sang Pencipta)
Lutf-ur-Rahman (berpihak pada All-penyayang (Allah)
M
Mahdi (dipandu satu)
Mansur (Mansoor-menang)
Marwan (marwaan-nama seorang khalifah Omayad yang membangun Kubah Batu)
Muaz (dilindungi)
Munsif (adil, adil)
Muntasir (pemenang)
Murad (muraad-tujuan)
Muslih (pembaru)
Muslim (berserah diri (kepada Allah))
Muslim (menyerah kepada Allah) Muwaffaq (beruntung)
N
Naabih (Noble, terkenal, terkemuka, dibedakan, cemerlang)
Naase (Clear, murni, putih)
Nabi (Nabi dikirim oleh Allah untuk bimbingan manusia)
Nabi Bakhsh (Hadiah dari Nabi)
Nabigh (Distinguished; berbakat; orang yang jenius, orang yang brilian)
Nabih (Terkenal, mulia, luar biasa, terkemuka, dibedakan, cemerlang)
Nabil (Noble, lahir tinggi, terhormat, cerdas, terampil, satu ahli inarchery)
Nabil (Archer, Bowman)
Nabiullah (Sebuah julukan Nabi Nuh)
Nadeem (Intim teman, sahabat baik, punggawa)
Nadir (Luar Biasa, langka, Sayang, luar biasa)
Nadqid (Seorang kritikus; sebuah resensi; suatu kesalahan-finder)
Naeem (Kebahagiaan, kenyamanan, kemudahan, tenang, kebahagiaan, damai, kebahagiaan,
kenikmatan, karunia, sesuatu yang diberikan sebagai hadiah)
Naeemullah (nikmat Allah, kebahagiaan Allah)
Naef (Kelebihan, surplus)
Nafasat (Penyempitan)
Nafi (Menguntungkan, menguntungkan, menguntungkan)
Nafis (Refined, murni, pilihan, indah, berharga, berharga, mahal)
Naib (Wakil)
Naif (Maha Perkasa, luhur, terkemuka, unggul)
Parsa (Male abstemious saleh atau orang, saleh)
Parvez (Jaya, beruntung, bahagia)
P

Pervaiz (Male Breeze)
Pasha (Tuhan, gelar kehormatan)
Pir (Saint, pembimbing rohani, bijaksana)
Q
Qabil (Putra Adam)
Qadeer (Able, kuat, perkasa, salah satu nama Allah)
Qadim (Kuno)
Qadir (Able, mampu, kuat, mungkin. Salah satu nama Allah)
Qahir (Penakluk, subduer)
Qaid (Pemimpin, komandan)
Qaim (Tegak, mandiri, orang yang melakukan)
Qais (Ukur, pengukuran, perusahaan, misalnya)
Qaiser (Caesar)
Qamar (Bulan. Al-Qamar: judul Surah 54 Al-Quran)
Qamaruddin (Bulan dari agama (Islam))
Qani (Content, Puas)
Qanit (patuh, patuh, rendah hati, takut akan Allah)
Qareeb (Tertutup, Dekat)
Qaseem (Distributor)
Qasid (Messenger, kurir)
Qasidul Haq (Courier i.e. dari Kebenaran Allah)
Qasim (Distributor, divider)
Qatadah (Astragals, sebuah pohon kayu keras)
Qatawah (A pendamping) Raana (Dari elegan, patung, lembut, indah, cantik, anggun, halus)


R
Raafe (A pendamping)
Raashid (Mayor, Dewasa, Ortodoks, Dipandu, Intelligent)
Raazi (puas, berpendapat, baik-senang)
Rab (Tuhan, master) Salah satu nama Allah)
Rabah (Gain, laba)
Rabbani (Ilahi, dari Allah)
Rabi (Spring, musim semi)
Rabia (Fem) dari Rabi)
Rabih (Pemenang, pemenang)
Rabit (Binding, Fastening)
Rafi (peringkat tinggi, mulia, terkemuka, mulia, mulia)
Rafi-ud-Din (Noble (orang) dari agama (Islam))
Rafid (Anak sungai sungai, makmur, penolong, pendukung, pembantu)
Rafif (Glittering, berkilau, berkilauan)
Rafiq (Associate, teman dekat, pendamping)
Rafiqul Islam (Friend of Islam)
Ragheed (Comfort, kemewahan, kekayaan)
Raghib (Bersedia, berkeinginan, keinginan, cenderung ke arah apa pun)
Kris (Istirahat, istirahat, Peace)
Raheel (Untuk bergerak untuk Journey)
Sa’dan (Happy, beruntung)
Sa’id (Ibn Al-Hasan Ar) Raba’ee seorang narator hadis)
Sa’irah (Berjalan)
Saad (Good luck, nasib baik, kesuksesan, kebahagiaan, kemakmuran, beruntung)
Saadat (Kesejahteraan, kebahagiaan, nasib baik, auspiciousness)
Saadi (Happy, beruntung, bahagia beruntung, nama besar penyair Persia)
Saaduddin (Sukses dari agama (Islam))
Saadullah (Joy of Allah)
Saafi (murni, jelas, kristal)
Masyarakat Saami (Eminent, mulia, berbudi luhur, sublim)
Saamir (Buah-bearing, subur, produktif)
Sabah (pagi)
Sabahat (Kecantikan, Grace, ketampanan)
Sabat (Keteguhan, stabilitas, kepastian, daya tahan, keberanian, kebenaran)
Sabeeh (Cantik, tampan, satu dengan corak yang adil)
Sabeer (Pasien, toleran)
Sabih (Datang atau kedatangan di pagi hari)
Sabiq (Pertama, pemenang)
Sabir (Pasien, toleran)
Sabit (kuat, yang mapan, pasti, yakin)
T
Taai (patuh, bersedia)
Taban (berseri, Glittering)
Tabassum (Smile)
Tabish (Heat, cemerlang)
Tafazzul (Courteousness, demi kemurahan, kebaikan)
Tafazzul Husain (mendukung Husain)
Taha (Mystic huruf di awal Surat Taha, dari mana berasal Surah
judulnya)
Tahawwur (keadaan tergesa-gesa)
Tahir (Suci, murni, saleh, sederhana, bersih, dada)
Tahmid (Memuji Allah, berkata Al-Hamdulillah)
Tahoor (Kemurnian)
Tahsin (Perhiasan, ornamen, hiasan, perhiasan, perbaikan)
Taib (Bertobat, penyesalan)
Taif (Visi, momok)
Taifur Rahman (Visi i.e. Yang Maha Pengasih Allah)
Taimullah (Hamba Allah)
Taisir (Membuat mudah, memfasilitasi, penyederhanaan)
Taj (Crown)
Taj Bakhsh (Raja pembuat)
Tajammul (Martabat, kehebatan, kemegahan)
U

Ubadah (Nama Sahabi terkemuka yaitu sahabat nabi Muhammad)
Ubaid (Abd mungil, kecil hamba, hamba pangkat rendah)
Ubaidah (hamba Allah)
Ubaidullah (rendah hamba Allah)
Ubayy (Bin Kab RA punya nama ini)
Uhban (Ibn aws al-Aslani RA, seorang sahabat Nabi saw, memiliki nama ini)
Ukkashah (Web, Cobweb, Spider web)
Ula (peringkat tinggi, prestise, kemuliaan)
Ulfat (Cinta, kasih sayang, keakraban, keintiman)
Umar (Yang dimaksud dengan ‘Umar’ adalah berkaitan dengan ‘Amir’, sejahtera, penuh kehidupan,
besar, besar)
Umarah (nama Arab tua)
Umayr (Penduduk, Rakyat)
Umayyah (Bin Bistam al-Eeshi, seorang narator hadis dikenal dengan nama ini)
Umdah (Support)
Umdatuddawlah (Dukungan negara)
Unays (Friendly)
Uqba (Nama Sahabi yang mulia yaitu teman Nabi Muhammad)
Urmia (A Bibel Nabi
Urooj (Ascension, mount, naik)
Urwah (Nama Tokoh Sahabi Seorang teman yaitu Nabi Muhammad)
W

Waali (Gubernur; Dia yang mengarahkan; mengelola; melakukan; mengatur; ukuran)
Wabisah (Bin Ma’bad RA punya nama ini)
Wadi (Tenang, damai)
Wadood (Lover, hangat-hati, penyayang, teman, kekasih. Al-Wadood, yang
All-cinta: salah satu nama Allah.)Wafa (Kesetiaan, kesetiaan)
Wafai (Sehubungan dengan kesetiaan, kesetiaan, kesetiaan, iman)
Wafi (Benar, dapat dipercaya, dapat dipercaya, sempurna, lengkap)
Wafiq (Companion, teman, sukses)
Wahab (Hadiah, hibah, sumbangan)
Wahab (Donasi, hibah, hadiah, melekat)
Wahban (Terkait dengan Wahab)
Waheed (Unique, tak tertandingi, tunggal, tak tertandingi)
Wahhab (Donor, pemberi. Al-Wahhab, Maha Pemberi: salah satu nama Allah)
Wahhaj (Shining, diterangi)
Wahid (Satu, unik, tak ada bandingannya. Al-Wahid, yang satu: salah satu nama Allah dia)
Wahiduddin (Unique (manifestasi) dari agama (Islam))
Wahiduzzaman (Unique (orang) dari umur)
Meratap (Datang kembali (untuk berlindung))
Waiz (Admonisher, pengkhotbah)
Wajahat (elok, martabat, posisi tinggi)
Z
Yaasoob (Ali’s Title
Yaeesh (Bin al-Jahm adalah seorang narator hadis)
Yafi (Bin Aamir punya nama ini, ia adalah seorang narator hadis)
Yaghnam (bin Salim Bin Qamber (Qanber) seorang narator hadis punya nama ini)
Yahya (Untuk cinta, akan hidup. Seorang Nabi, Alkitab Yohanes, anak Nabi Zakaria)
Yamin (kanan, sebelah kanan, tangan kanan)
Yaqeen (Kepercayaan)
Yaqoob (A Nabi, alkitabiah Yakub, anak dari Nabi Ishaq)
Yaqoot (Ruby, safir, topaz)
Yaqzan (waspada, terjaga, waspada)
Yar (Friend)
Yar Muhammad (Friend dari Nabi Muhammad)
Yasar (Kesejahteraan, kekayaan, kemakmuran, kemudahan)
Yasin (surat pembukaan ayat pertama dari surat Yaa Siin (36:1) An julukan
Nabi Muhammad)
Yasir (Mudah, kaya, makmur)
Yasrib (Mantan nama kota Madinah)
Yawar (Membantu)
Yazid (Seorang sahabat nabi)
Za’ir (Pengunjung, tamu)
Zaahir (mekar bunga, cerah dan bersinar warna, tinggi)
Zaakir (Ingat Allah
Zabba (kunci, pintu)

sendal jepit istriku

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa
tidak gemas, dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak ketulungan.

“Ummi… Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar? Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman, ya kepedesan!” Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak menggerutu.

“Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? ucap
isteriku kalem.

“Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!” Jawabku masih dengan nada tinggi.

Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah
begitu, aku yakin pasti air matanya merebak.

***

Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja, rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini.

Piring-piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw! berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa beristigfar sambil mengurut dada.

“Ummi… Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan terus menerus begini?” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Ummi… isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci, jahit baju, beresin rumah?”

Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. “Ah… wanita gampang sekali untuk menangis,” batinku. “Sudah diam Mi, tak boleh cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu tidak cengeng,” bujukku hati-hati setelah melihat air matanya menganak sungai.

“Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah. Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak bertenaga sama sekali,” ucap isteriku diselingi isak tangis. “Abi nggak
ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil muda….” Ucap isteriku lagi, sementara air matanya
kulihat tetap merebak..

Hamil muda?!?!

***

Bi…, siang nanti antar Ummi ngaji ya…?” pinta isteriku.

“Aduh, Mi… Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?” ucapku.

“Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-mudahan nggak pingsan di jalan,” jawab isteriku.

“Lho, kok bilang gitu…?” selaku.

“Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat. Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa,” ucap isteriku lagi.

“Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja,” jawabku ringan.

Pertemuan hari ini ternyata diundur pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk menjemput
isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini pertanda acara belum selesai.

Kuperhatikan sepatu yang berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal.”Wanita, memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun lucu-lucu,” aku membathin. Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit yang diapit sepasang sepatu indah.

Dug! Hati ini menjadi luruh.

“Oh….bukankah ini sandal jepit isteriku?” tanya hatiku. Lalu segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana ia pergi harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya bersepatu bagus.

“Maafkan aku Maryam,” pinta hatiku.

“Krek…,” suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya. Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam melintas. “Ini dia mujahidahku!” pekik hatiku. Ia beda dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang memperhatikan isteri.

Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: “Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya.”

Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang ia tak dapat melakukannya.. Aku benar-benar merasa menjadi suami terzalim!

“Maryam…!” panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya mengembangkan senyum. Senyum bahagia.

“Abi….!” bisiknya pelan dan girang. Sungguh, aku baru melihat isteriku segirang ini.

“Ah, kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?” sesal hatiku.

***

Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari bibirnya. “Alhamdulillah, jazakallahu…,”ucapnya dengan suara tulus.

Ah, Maryam, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa bersyukur memperoleh isteri zuhud dan ‘iffah sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?

Kisah cinta istri tauladan, KU INGIN AKHIR SEPERTI MU wahai ukhti yang budiman

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur'an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah...

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti... Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh... Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.

Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya.
"Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas." Mereka memang saling memanggil dengan "Ummy" dan " Abi" . sebagai panggilan mesra.
"kenapa Mi ?" Yaqin agak panik
"Semua terlihat kabur."
Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya... Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya...

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.

"Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya.." pintanya sambil memegang perutnya...

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.

"Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur'an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang."

"Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur'an agar selalu ingat Allah.

Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur'an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

"Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan"

"Itu tandanya Ummi akan segera sembuh." Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya.
"Mi... Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran."

"Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok" jawabnya singkat.
Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.

"Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi."

"Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi."

”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??”
Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.

"Ada apa dengan istriku??." tanyanya setengah membentak.
"Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali." jawab perawat yang mengurusnya.

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.

"Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?"
"Pasti Mi... Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi." Hatinya seakan berkecamuk.
"Doanya yang banyak ya Bi"
"Pasti Ummi"
"Jaga dan rawat anak kita dengan baik."

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi...

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.

"Pak, ini jenazah baik." kata perawat itu.
Dengan penasaran dia balik bertanya.
"Dari mana ibu tahu???"
"Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini."
"Subhanalloh..."


*Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits;

"Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut 'alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: "Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah". Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: "Ruh siapakah ini, begitu harum." Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya)."
(HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah)

"Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana" Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.
-------------------------
ditulis oleh: Siti Fauziah Fauzi
di posting oleh : Didit

( afwan mbak siti tulisannya ana edit sedikit, insya Allah ndak mengurangi pelajaran untuk kita semua )

-JIKA BELUM SIAP,CINTAI IA DALAM DIAM-

Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam …
karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya …
kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang, kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya..
karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu.. menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu ..

karena diammu bukti kesetiaanmu padanya ..
karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah ALLAH swt. pilihkan untukmu …

ingatkah kalian tentang kisah Fatimah dan ALi ?
yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan …
tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah

karena dalam diammu tersimpan kekuatan … kekuatan harapan …
hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata …
bukankah Allah tak akan pernah memutuskan harapan hamba yang berharap padanya ?

dan jika memang ‘cinta dalam diammu’ itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata,
biarkan ia tetap diam …

jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus ‘cinta dalam diammu’ itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat …

biarkan ‘cinta dalam diammu’ itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemilik hatimu …
Cacatan sahabat star dari bengkulu.
NB. Postingan temannya Aldiansyah
(Share by: Arytha Rusianty)

SATU MATA DARI IBU

Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya sungguh memalukan. Ia menjadi juru masak di sekolah, untuk membiayai keluarga. Suatu hari ketika aku masih SD, ibuku datang. Aku sangat malu. Mengapa ia lakukan ini? Aku memandangnya dengan penuh kebencian dan melarikan diri.

Keesokan harinya di sekolah “Ibumu hanya punya satu mata, ya?!?!” Ieeeeee, jerit seorang temanku. Aku berharap ibuku lenyap dari muka bumi. Ujarku pada ibu, “Bu. Mengapa Ibu tidak punya satu mata lainnya? Kalau Ibu hanya ingin membuatku ditertawakan, lebih baik Ibu mati saja!!!” Ibuku tidak menyahut.

Aku merasa agak tidak enak, tapi pada saat yang bersamaan, lega rasanya sudah mengungkapkan apa yang ingin sekali kukatakan selama ini. Mungkin karena Ibu tidak menghukumku, tapi aku tak berpikir sama sekali bahwa perasaannya sangat terluka karenaku.

Malam itu.....Aku terbangun dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air. Ibuku sedang menangis, tanpa suara, seakan-akan ia takut aku akan terbangun karenanya.

Saya memandangnya sejenak, dan kemudian berlalu. Akibat perkataanku tadi, hatinya tertusuk. Walaupun begitu, aku membenci ibuku yang sedang menangis dengan satu matanya. Jadi aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang sukses.

Kemudian aku belajar dengan tekun. Kutinggalkan ibuku dan pergi ke Singapura untuk menuntut ilmu.

Lalu aku pun menikah. Aku membeli rumah. Kemudian akupun memiliki anak.

Kini aku hidup dengan bahagia sebagai seorang yang sukses. Aku menyukai tempat tinggalku karena tidak membuatku teringat akan ibuku.

Kebahagian ini bertambah terus dan terus, namun suatu ketika ibuku datang.....

Apa?! Siapa ini?! Itu ibuku. Masih dengan satu matanya. Seakan-akan langit runtuh menimpaku. Bahkan anak-anakku berlari ketakutan, ngeri melihat mata Ibuku. Lalu aku katakan padanya, “Siapa kamu?! Aku tak kenal dirimu!!” Untuk membuatnya lebih dramatis, aku berteriak padanya, “Berani-beraninya kamu datang ke sini dan menakuti anak-anakku! !” “KELUAR DARI SINI! SEKARANG!!”

Ibuku hanya menjawab perlahan, “Oh, maaf. Sepertinya saya salah alamat,” dan ia pun berlalu. Untung saja ia tidak mengenaliku. Aku sungguh lega.

Aku tak peduli lagi. Akupun menjadi sangat lega.

Suatu hari, sepucuk surat undangan reuni sekolah tiba di rumahku di Singapura.

Aku berbohong pada istriku bahwa aku ada urusan kantor. Akupun pergi ke sana .. Setelah reuni, aku mampir ke gubuk tua, yang dulu aku sebut rumah.. Hanya ingin tahu saja. Di sana , kutemukan ibuku tergeletak dilantai yang dingin. Namun aku tak meneteskan air mata sedikit pun. Ada selembar kertas di tangannya. Sepucuk surat untukku.

“Anakku..Kurasa hidupku sudah cukup panjang.. Dan..aku tidak akan pergi ke Singapura lagi..

Namun apakah berlebihan jika aku ingin kau menjengukku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan aku sangat gembira ketika tahu kau akan datang ke reuni itu. Tapi kuputuskan aku tidak pergi ke sekolah. Demi kau.. Dan aku minta maaf karena hanya membuatmu malu dengan satu mataku.

Ketahuilah anakku, ketika kau masih sangat kecil, kau mengalami kecelakaan dan kehilangan satu matamu. Sebagai seorang ibu, aku tak tahan melihatmu tumbuh hanya dengan satu mata. Maka aku berikan mataku untukmu. Aku sangat bangga padamu yang telah melihat seluruh dunia untukku, ditempatku, dengan mata itu. Aku tak pernah marah atas semua kelakuanmu.

Ketika kau marah padaku.. Aku hanya membatin sendiri, “Itu karena ia mencintaiku” Anakku! Oh, anakku! Selamat tinggal sayang ”

Sahabat, sesungguhnya kebahagiaan yang kita raih dan kita nikmati itu adalah karena ada peran orang lain baik secara langsung maupun tak langsung. Berhentilah sejenak dan renungi hidup kita!, keberhasilan dan kebahagiaan yang manakah yang kita raih sendirian ?

Bersyukurlah atas apa yang kita miliki sekarang dibandingkan apa yang tidak dimiliki oleh jutaan orang lain! Luangkan waktu untuk mendoakan ibu kita!

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (Q.S. Al-Isra : 23 )

http://www.rumah-yatim-indonesia.org/

kemana muslimah melangkah???

dakwatuna.com – Indah sekali perumpamaan yang diutarakan Syaikh Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqhul Aulawiyaat atau skala prioritas gerakan Islam jilid satu, ‘Bunga-bunga’ itu tidak tumbuh mekar selain karena laki-laki ingin selalu memaksakan kemauannya, juga karena akhwat muslimahnya yang tidak mau atau memiliki keberanian untuk melepaskan diri dari keterikatan tersebut.

Ya, seharusnya bunga-bunga itu tumbuh mekar dengan leluasa untuk turut mengharumkan jalan perjuangan yang suci ini. Akhwat seyogianya mulai berani memikirkan dan mengambil alih permasalahan-permasalahan mereka sendiri, membuka lahan-lahan dakwah dan amal serta menangkis dengan tegas suara-suara sumbang wanita-wanita feminis yang diselipkan ke dalam aqidah umat, nilai-nilai dan syariat-syariat Islam.

Dan suara-suara mereka cukup vokal, sekalipun hanya mewakili segelintir manusia yang tidak ada bobotnya di dunia apalagi dalam agama. Namun dalam kenyataannya menurut Yusuf Qardhawi pula, aktivitas dakwah Islam di bidang kewanitaan saat ini masih lemah. Hal tersebut nampak dari lemahnya kepemimpinan wanita untuk mampu berdiri sendiri menghadapi arus sekularisme, marxisme dan feminisme secara tangguh.

Kondisi tersebut boleh jadi disebabkan oleh dua kemungkinan, yang pertama ialah sikap ananiyah atau egoisme laki-laki yang selalu berusaha mendominasi, mengkomando, mengarahkan dan menguasai urusan akhwat. Mereka tidak memberi kesempatan dan peluang kepada para akhwat untuk membina bakat, keterampilan dan kemampuan untuk berjalan sendiri tanpa dominasi para rijal.

Penyebab kedua datangnya justru dari diri akhwat sendiri yang tidak memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang cukup serta kurang kuatnya kerja sama di kalangan mereka.

Padahal menurut Yusuf Qardhawi kepeloporan dan kejeniusan bukan hanya milik laki-laki saja. Bahkan dalam pengamatan beliau selaku dosen, mahasiswi-mahasiswi umumnya berprestasi akademik lebih baik dibanding mahasiswa-mahasiswanya karena lebih tekun. Sehingga selayaknya mereka bisa eksis bila mampu menunjukkan kepeloporan dan kepiawaiannya dalam bidang dakwah, ilmu pengetahuan, pendidikan, sastra dan lain sebagainya.

Satu hal yang kontras dengan semangat awal Islam yang memuliakan dan memberdayakan muslimah, ditemui Yusuf Qardhawi justru di zaman kiwari ini. Beliau mengkritik menyusupnya pemikiran ekstrim mengenai hubungan laki-laki dan wanita serta peranan wanita di tengah masyarakat. Aliran pemikiran ini mengambil pendapat yang paling keras sehingga mempersempit ruang gerak wanita. Sehingga dalam pertemuan beliau dengan akhwat di Manchester, Inggris dan di Aljazair, beliau mendapati kondisi tersebut bahwa akhwat dibatasi dalam mengikuti forum-forum diskusi yang luas dan bahkan sekadar untuk menjadi moderator di acara yang khusus untuk mereka pun masih dianggap harus digantikan laki-laki.

Padahal sejak permulaan lahirnya dakwah, gerakan Islam telah memberikan porsi bagi peranan wanita. Dan di sebuah gerakan dakwah Islam terkemuka seperti Ikhwanul Muslimin yang didirikan di Mesir, ada seksi khusus wanita yang disebut Al Akhwat Al Muslimat.

Namun orang-orang yang berhaluan keras memakai dalil surat al Ahzab ayat 33, “waqarna fibuyuutikunna…” mereka berdalih, “kenapa kalian menuntut wanita agar memegang peran yang menonjol dalam gerakan Islam? Ikut bergerak dan memimpin serta menampakkan keberadaannya dalam gerbong amal islami, padahal mereka telah diperintahkan untuk tinggal di rumah-rumah mereka. ”

Sebagian ahli tafsir mengatakan ayat tersebut khusus berlaku untuk para istri Nabi karena kesucian dan keistimewaan mereka yang berbeda dari wanita-wanita lain pada umumnya. Sementara ahli tafsir yang lain mengatakan seandainya pun ayat tersebut ditujukan untuk para wanita pada umumnya, maka hal tersebut lebih merupakan arahan stressing keberadaan wanita yang harus lebih banyak di rumah. Namun tentu saja bukan berarti tidak boleh keluar rumah untuk menuntut ilmu, bermasyarakat dan mengerjakan kebajikan-kebajikan.

Tetapi kenyataan di lapangan atau di dunia realitas tidaklah sesederhana itu, terutama justru bagi akhwat yang sudah menikah. Mereka gamang dalam melangkah. Kadang ia sampai bertanya-tanya sendiri, “istri milik siapa sih?”
Karena selama ini ia tumbuh dalam tarbiyah dan medan harakah ia tidak bisa lagi tutup mata bersikap cuek, apatis atau masa bodoh dengan persoalan-persoalan umat Islam baik skala nasional maupun internasional.

Tantangan-tantangan eksternal umat Islam benar-benar membuatnya geram. Ia sadar benar adanya makar atau konspirasi internasional yang senantiasa menghadang umat Islam (QS. 8:30, 2:120, 2:109, 2:217, 3:118 dan 4:76). Ia pun paham, nubuat atau prediksi Rasulullah SAW bahwa akan tiba suatu masa di mana umat Islam akan menjadi mangsa empuk yang diperebutkan musuh-musuh Islam. Hal itu disebabkan karena umat Islam hanya unggul secara kuantitas tetapi minim dari segi kualitas sehingga membuat mereka tidak lagi disegani oleh musuh-musuh Islam. Ditambah lagi mereka mengidap penyakit wahn yakni cinta dunia dengan cinta yang berlebihan dan takut mati.

Berita-berita di media massa maupun tayangan berita di layar teve kerap membuatnya menangis dan sekaligus ingin memekik menyaksikan kezhaliman Israel Yahudi dan antek-anteknya yang kian merajalela di dunia Islam. Ia ingin berbuat…, ia ingin berdakwah…, ia ingin bergerak….

Namun apa daya persoalan internal yang dihadapi belum juga beres. Selama ini ia sudah bekerja keras menyeimbangkan tugasnya di dalam rumah tangga dengan aktivitas mengikuti ta’lim, mengisi ta’lim, mengikuti baksos untuk orang-orang yang terkena musibah banjir karena jika tidak sigap para missionaris begitu cekatan membantu dengan sekaligus paket pembaptisan. Tetapi rupanya sifat ananiyah (egoisme) dan sense of belonging (rasa kepemilikan) suaminya begitu besar. Tiba-tiba saja ia diminta menghentikan semua aktivitas amal shalehnya dan berdiam di rumah melayaninya dan anak-anak sebagai jalan pintas menuju surga, “Kamu tidak usah repot-repot ngurusin orang, sementara ada jalan pintas menuju surga dengan berbakti pada suami dan keluarga.” akhwat ini pun sebenarnya tak ingin membantah perkataan suaminya, karena ia juga tahu kebenaran tentang besarnya pahala berkhidmat di rumah tangga. Namun apa jadinya dengan sebuah dunia luar yang ingin ia sediakan sebagai bi’ah yang baik bagi anak-anaknya, generasi mendatang. Bukankah ia harus ikut juga berperan untuk itu. Apalagi selama ini ia meniatkan pernikahan adalah satu noktah dari garis perjuangan yang panjang, sehingga menikah harusnya justru akan meningkatkan perjuangannya. Kenyataannya?

Ia sering merasa sedih sementara ia dan banyak akhwat lainnya masih berkutat dengan urusan-urusan internal, para wanita feminis, marxis, liberalis dan missionaris begitu gegap gempita dengan kiprahnya. Mereka memang kecil, sedikit tetapi terorganisir rapi dan memiliki link atau jaringan internasional yang kuat.

Hal tersebut juga terungkap dari pengalaman langsung Yusuf Qardhawi saat berinteraksi dengan para akhwat di Mesir dan Aljazair. Ia banyak menemukan ukhti-ukhti daiyah atau akhwat daiyah yang gesit dan aktif di medan haraki sebelum menikah, tetapi setelah menikah dengan ikhwah yang juga dikenalnya melalui dakwah ia dilarang aktif atau tidak diridhai keluar rumah. Suami-suami seperti ini telah mematikan bara api yang semula menyala menerangi jalan bagi putri-putri Islam.

Sampai ada gadis aktivis dakwah di Aljazair yang menulis surat kepada beliau menanyakan apakah haram hukumnya bila ia melakukan mogok kawin karena takut bila menikah akan menyebabkannya tercabut dari jalan dakwah.

Beberapa akhwat yang pernah penulis temui seusai acara liqa’at ruhiyah akhwat di masjid Al Azhar Jakarta mengutarakan bahwa belakangan ini mereka semakin takwa saja. “Oh ya?”, tanya penulis, berharap itu bahwa dampak positif ikut pertemuan tersebut. “Iya mbak, makin takwa makin takut walimah. Habis takut dapat suami ikhwah yang picik sehingga kita tidak bisa merasakan lagi nikmatnya pertemuan-pertemuan seperti ini.” “Oooh…” gumam penulis, lalu beristighfar berulang kali.

Setiap akhwat insya Allah menyadari bahwa kewajiban terhadap suami dan anak-anak adalah tarikan fitrah yang memang berguna memagarinya agar tidak melesat keluar dari garis fitrahnya selaku istri dan ibu.

Tetapi haruskah hal itu dibenturkan dengan keinginan suci berjihad membela agama Allah? Bahkan Allah SWT berfirman dalam QS. at Taubah ayat 24, bahwa cinta kepada Allah, Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya harus diprioritaskan di atas segala-galanya termasuk di atas suami dan anak-anak.

Bagaimana halnya dengan wanita-wanita Afghanistan yang ditemui Zainab al Ghazali di barak-barak pengungsi di Pakistan saat invasi Uni Soviet dulu, mereka telah mempersembahkan segala-galanya, suami, anak-anak, harta dan tanah air mereka demi perjuangan tetapi mereka masih lagi bertanya, “Apa lagi yang bisa kami berikan, korbankan untuk jihad fisabilillah, ya Ibu?” Zainab al Ghazali menjawab dengan penuh rasa haru, “Ada…, kalian masih senantiasa memiliki cinta. Berikanlah cinta, simpati dan doa kalian untuk setiap mujahid yang berjuang di jalan Allah.” Subhanallah! Adakah yang salah dengan mereka, dengan obsesi-obsesi mereka yang luar biasa untuk habis-habisan di jalan Allah?

Belum lagi kisah-kisah indah yang terukir di periode awal Islam ketika Khansa mempersembahkan semua putranya sebagai syuhada di jalan Allah dan bersedih karena tak memiliki lagi putra yang akan dipersembahkannya di jalan Allah.

Begitu pula saling dukung di antara Ummu Sulaim dan abu Thalhah. Agar suaminya tak gundah dan menunda keberangkatannya untuk jihad di jalan Allah, Ummu Sulaim yang hamil tua pun ikut ke medan jihad.

Demikian juga Asma binti Abu Bakar yang sedang mengandung Abdullah bin Zubeir. Di saat hamil tua itu ia berjihad membantu proses hijrah yang sangat luar biasa beratnya. Zubeir bin Awwam sang suami ikut mendukung dan tidak protes, “Ah Asma, kamu tidak realistis, hamil tua seperti ini ikut dalam misi yang sangat berbahaya.”

System Islam yang tegak begitu mendukung kiprah perjuangan muslimah, ditambah team work dan dukungan yang baik di dalam keluarga inti dan dilengkapi pula dukungan sinergis dari komunitas yang ada saat itu. Di saat-saat perang, wanita dan anak-anak yang ikut dikumpulkan di satu tempat dan dikawal ketat oleh beberapa petugas. Dan muslimah-muslimah yang bertugas sebagai tenaga medis dan dapur umum dapat berjihad dengan tenang, sementara anak-anak mereka dijaga oleh wanita-wanita yang sedang tidak bertugas ke medan jihad.

Melihat kisah-kisah indah di atas, seharusnya tak ada ruang tersisa bagi keegoisan dan keapatisan dari ikhwah maupun akhwat.

Kisah-kisah tersebut mengajarkan pada kita dua tugas mulia yakni berbakti di dalam rumah tangga dan berjihad di jalan Allah bukan dua hal yang harus dibenturkan atau dipertentangkan satu sama lain. Dan kebajikan yang satu tak harus meliquidir kebajikan yang lainnya, melainkan menjadi sesuatu yang seiring sejalan secara sinergis.

Sehingga tak ada lagi cerita akhwat yang dipojokkan dan menjadi memiliki guilty feeling (perasaan bersalah), “Ah, dia terlalu aktif sih… jadi anak-anaknya tak terurus.” Atau, “Awas, lho…. Jangan aktif-aktif, nanti suaminya diambil orang.”

Ironis memang, sesama muslimah yang harusnya saling membantu dan mendukung malah memojokkan dan menakut-nakuti kaumnya sendiri yang aktif di medan haraki. Sementara wanita-wanita feminis, marxis, lebaris kompak bersatu menyebarkan kemungkaran.

Tetapi akhwat tak boleh menyerah. Ia memang tak perlu segera menyalahkan pihak-pihak lain yang kurang atau tidak mendukung. Lebih baik ia berpikir positif membangun citra diri akhwat muslimah yang baik, berjiddiyah menjaga keseimbangan dan memiliki kemampuan mengatur skala prioritas. Ia juga harus memiliki kondisi fisik, aqliyah dan ruhiyah yang prima karena ia bekerja di luar kelaziman wanita-wanita lain pada umumnya. Karena ia tidak egois, karena ia memikirkan umat, karena ia punya cita-cita mulia yakni menegakkan syariat Islam dan tentu saja …. karena ia ingin masuk surga dengan jihad di jalan-Nya.

Kisah-kisah indah dalam sirah memang perlu sebagai batu pijakan. Sejarah dapat menjadi sumber inspirasi dan ibrah. Tetapi kita tidak bisa berhenti hanya pada nostalgia-nostalgia kejayaan masa silam, seperti: “Enak ya di zaman Rasulullah wanita benar-benar dihargai dan diberi kesempatan ikut berkiprah dan berjuang. Senang ya, para wanitanya juga saling dukung…”

Secara waqi’, riil yang kini kita lihat dan hadapi adalah kondisi realitas kontemporer yang penuh dengan tantangan-tantangan global. Era globalisasi membuat the world has turned into a small village, dunia sudah berubah menjadi sebuah desa kecil. Laiknya sebuah desa kecil proses interaksi dan saling mempengaruhi terjadi begitu intensif, apalagi teknologi informasi yang berkembang pesat kadang membuat dunia Islam dibanjiri informasi seperti air bah yang juga membawa kotoran-kotoran. Tanpa proses filterisasi, bagaimana jadinya anak-anak kita, wajah generasi mendatang.

Dapatkah kita bersikap apatis pada lingkungan dan dunia luar? Sementara al insan ibnul bi’ah (manusia anak atau bentukan lingkungannya). Jika kita tidak ikut berjuang menghadirkan sebuah lingkungan yang kondusif bagi keimanan dan ketakwaan serta keshalihan anak-anak kita, bagaimana kelak pertanggungjawaban kita kelak di hadapan Allah SWT?

Bukankah Rasulullah pernah mengingatkan para orangtua, “Didiklah anakmu karena ia akan hidup di zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Seorang wartawati muslimah yang menghadiri konferensi wanita sedunia yang diselenggarakan PBB tahun 1995 di Beijing mengatakan bahwa konferensi ini merupakan sebuah perang mahal (menghabiskan dana sekitar 68,7 milyar rupiah), besar (dihadiri 25.000 orang dari sekitar 170 negara) dan berbahaya walau tanpa senjata dan luka.

Karena selain menjadi ajang pertarungan kepentingan-kepentngan politik individu-individu dan negara-negara tertentu, serta konflik berkepanjangan antara negara-negara maju (utara) dan negara-negara berkembang (selatan), juga menjadi sarana bagi para penganut paham everything goes (permisivisme) untuk meluluhlantakkan nilai-nilai suci kehidupan perkawinan dan keluarga.

Mereka menghendaki pasangan-pasangan lesbi ataupun gay juga diakui bentuk keluarga yang normal dan sah karena kebebasan orientasi seksual (apakah hetero atau homo) adalah hak asasi. Mereka juga menghendaki legalisasi aborsi dan pendidikan seks yang independen tanpa campur tangan orang tua bagi remaja.

Melihat begitu berat dan kompleksnya tantangan zaman saat ini, dimana akhwat? Haruskah ia tinggal diam, aman dan suci di rumahnya yang indah dan nyaman sementara dunia terus menjadi bobrok dan mengalami proses pembusukan?

Bukankah seharusnya kita takut jika berhenti menjadi wanita shalihah belaka tetapi tidak mushlihah yang melakukan ishlahul ummah. Karena pernah ada satu negri yang akan dihancurkan Allah seperti yang ada dalam QS. 7:4-5, malaikat berucap bahwa masih ada satu orang shalih yang berdzikir, Allah SWT tetap menyuruh negri itu dihancurkan dan justru dimulai dari orang yang shalih tersebut.

Hendaknya kita juga mawas diri terhhadap firman Allah QS. 25:30 bahwa kita harus takut terhadap bencana yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja. Jika kita bersikap pasif dan defensif dalam melihat kemungkinan-kemungkinan di depan mata, kita (seperti dikatakan dalam sebuah hadits) seperti berada di sebuah kapal besar dan berdiam diri melihat orang-orang sibuk melubangi kapal tersebut sehingga akhirnya kita ikut karam bersama kapal tersebut.

Akankah kita terus tinggal diam karena sibuk berkutat dengan urusan keluarga dan dalam negeri yang tak pernah selesai? Percayalah bahwa Allah akan menolong semua urusan kita termasuk keluarga kita jika kita menolong agama Allah (QS. 47:7) karena keberkahan, khairu katsir (kebaikan yang banyak) akan senantiasa melingkupi perjalanan hidup seorang akhwat.
Masalahnya adalah untuk saat ini dan saat mendatang apa yang bisa dilakukan muslimah? Bagaimana caranya untuk berjuang mewujudkan gagasan mulia menegakkan syariat Allah di muka bumi. Yang jelas tak mungkin berjuang seorang diri tanpa program yang matang, jelas dan terarah serta tanpa adanya amal jama’i yang terorganisir.

Bukankah Allah berfirman dalam QS. 61:4 bahwa Ia menyukai orang-orang yang berjuang di jalan-Nya dalam barisan yang rapi seolah-olah menyerupai bangunan yang kokoh. Ali r.a. pun pernah berucap: “Kebenaran yang tidak tertata, terorganisir secara rapi akan mampu dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dengan baik.”

Shalan Qazan mengutarakan bahwa gagasan yang mulia tidak bisa secara serta merta diwujudkan begitu saja, karena sehebat apa pun sebuah gagasan jika tidak diwujudkan dalam sebuah pergerakan dan diperjuangkan oleh para pendukungnya pasti akan segera lenyap dan dilupakan orang.

Keberhasilan sebuah gagasan sangat ditentukan oleh sejauh mana aktivitas, ketangguhan dan kemampuan para pendukungnya dalam merekrut massa serta kemudian membentuk sebuah pergerakan yang terdiri dari sekelompok manusia yang dikendalikan oleh suatu kepemimpinan beserta struktur organisasinya.

Oleh karena itu terlihat perbedaan yang sangat mencolok antara gagasan Jamaluddin al Afghani, Muhammad Abduh, Abdurrahman Al-Kawakibi dengan gagasan Hassan Al-Banna dan Sa’id Nursi. Mereka semua sama-sama reformer yang memiliki gagasan pembaharuan, tetapi gagasan al Afghani, M. Abduh dan al Kawakibi hanya menjadi gagasan yang tak terdokumentasikan dalam sejarah. Sementara gagasan Hasan Al-Banna terus bertahan karena melembaga dalam jamaah Ikhwanul Muslimin dan Sa’id Nursi dengan jama’ah An-Nur.

Sayyid Quthub dalam bukunya Hadzad Dien juga meyakini bahwa konsep hanya dapat direalisasikan bila didukung oleh sekelompok manusia yang mempercayainya secara utuh, konsisten dengannya sebatas kemampuannya dan bersungguh-sungguh mewujudkannya dalam hati dan kehidupan orang lain.

Hal ini yang dilalaikan wanita pada masa lalu walau pun penyebab utama kemunduran wanita adalah penyimpangan persepsi tentang wanita itu sendiri. Wanita dibelenggu, dilecehkan dan dizhalimi tetapi tak ada yang dapat menyelamatkannya baik laki-laki maupun dirinya sendiri. Sampai akhirnya Islam membebaskan perempuan tanpa peran perempuan itu sendiri. Pembebasan itu terjadi karena Islam mendirikan bangunan pergerakan yang kuat lagi solid di atas landasan ideologis yang sangat kuat dan wanita ikut masuk ke dalam pergerakan itu sebagai mitra laki-laki.

Bila pengaruh Quran dalam diri individu-individu atau skala negara melemah, maka yang terjadi akan bertambahlah belenggu yang melilit wanita. Hanya orang bodoh atau berpura-pura bodoh yang menganggap Islamlah yang membelenggu wanita sehingga muslimah harus memberikan kontribusi berarti dalam upaya memulai kembali kehidupan yang islami karena hanya dalam kondisi tersebut ia akan merasakan kemerdekaan yang hakiki.

Dan agar pengaruhnya terasa lebih kuat dan hasilnya pun lebih cepat, efisien, tahan lama dan kokoh, hal itu hanya bisa direalisir melalui amal islami haraki jama’i.

Banyak dalil dalam Al-Qur’an seperti 3:104, 61:4, 16:96, 9:71 serta hadits Nabi SAW. “Innama nisa’u syaqaaiqu ar rijal” (sesungguhnya wanita saudara kandung laki-laki), yang menunjukkan bahwa wanita pun memiliki hak dan kewajiban yang setara dalam perjuangan menegakkan syari’at Allah dan membangun masyarakat Qur’ani.

Islam adalah agama yang merupakan rahmatan lil ‘alamin termasuk untuk wanita. Dan ketika Islam menginginkan kemerdekaan mentalitas perempuan tidak lain karena hendak membangun mentalitas pendobrak atau anashirut taghyir yang mampu membedakan antara yang hak dan yang bathil, menentang kebatilan dan berinteraksi dengan kebenaran berdasarkan tolok ukur nilai-nilai Rabbani.

Islam ingin memuliakan wanita menjadi wanita aktif yang berinteraksi dengan realitas baru, berpartisipasi memeliharanya dan ikut ambil bagian dalam pengembangan Islam menuju universalitasnya.

Ajaran Islam yang berkaitan dengan masalah kewanitaan ditujukan untuk mencetak wanita haraki (aktivis) yang aktif dalam pembinaan diri, keluarga, pekerjaan dan masyarakatnya. Bila ia berhasil menjadi wanita yang aktif lagi positif, wanita baru akan merasa nilai dan kedudukannya yang hakiki sebagai wanita.

Sosok itulah yang insya Allah ada dalam diri muslimah. Mereka memiliki kekhasan-kekhasan yang menjadikannya istimewa, yakni:

1. Kepribadian yang khas lagi kuat.
2. Keberanian dan kepercayaan diri
3. Berpikir rasional dan sistematis, memiliki kemampuan intelektual dalam mengkritik, mengevaluasi, membangun, menantang dan memilih.
4. Kemandirian.

Gerakan Islam Akan Menghasilkan Muslimah yang Tidak Gamang Dalam Melangkah

Islam memang piawai dalam mencetak mentalitas muslimah, namun hal tersebut akan nampak semakin nyata bila mereka melibatkan diri secara aktif dalam sebuah pergerakan/harakah. Ada beberapa manfaat nyata dari keterlibatannya tersebut, antara lain:

1. Menyadarkan muslimah dan wanita pada umumnya akan nilai dan kedudukannya di tengah masyarakat. Ia akan berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan problematika umum di masyarakat.
2. Memperoleh wawasan yang ideal, memadai dan selektif.
3. Menghilangkan keengganan, kegamangan, kepasifan dan ketergantungan pada orang lain.
4. Membersihkan kabut dan karat dalam pemikiran muslimah karena adanya stagnasi pemikiran dan sifat-sifat buruk seperti individualis, egois, apatis.
5. Menghindarkannya dari kejenuhan karena ia disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang bermanfaat untuk dakwah Islam. Ia juga akan terhindar dari kegiatan sia-sia seperti bergunjing, bersenda gurau dan menyebarkan desas-desus.
6. Membantunya meningkatkan ketinggian spiritual.
7. Mendidik muslimah untuk gemar bekerja sama dalam hal-hal yang bermanfaat.
8. Menjauhkan perhatiannya dari hal-hal yang kurang berarti seperti mode dan dandanan make up untuk menggoda laki-laki dengan mengandalkan penampilan fisik.
9. Menumbuhkan keberanian dalam diri muslimah untuk memerangi adat dan tradisi usang yang bertentangan dengan nilai-nilai islami.
10. Berta’aruf, berinteraksi dan saling membina, mendidik dengan saudara-saudara seiman dan sefikrah.
11. Berani melawan kemungkaran dan mampu menanggung beban, kesulitan dan derita dengan sabar.
12. Menjadikan urusan-urusan hidupnya terprogram, teratur dan tertata dengan baik.
13. Menyebabkan terasah dan tergalinya kemampuan intelektual, kreativitas berpikir dan keterampilan tangannya dengan kreasi dan potensi yang tidak hanya berguna untuk dirinya saja.
14. Mempertajam sikap kemandirian muslimah tetapi tetap dalam koridor syar’i.

Pengaruh Gerakan Islam bagi Proses Perubahan di Masyarakat

Paling tidak ada tiga pilar utama perubahan di tengah masyarakat yakni:

1. Gagasan yang benar dan sesuai dengan fitrah manusia.
2. Aktivis-aktivis yang tidak kenal lelah dalam mendukung dan menyebarluaskan gagasan tersebut.
3. Kepemimpinan yang baik, kokoh, memiliki kapabilitas memadai dan dapat diteladani.

Munculnya sebuah pergerakan dalam proses perubahan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik akan memunculkan pengaruh-pengaruh positif yang nyata. Di antaranya ialah masyarakat jadi terdorong untuk segera berada dalam proses perubahan. Kemudian banyak individu yang tergerak untuk ikut serta dalam gerakan perubahan sehingga dapat menjadi alat untuk membedakan mana anggota masyarakat yang baik, hanif dan siap diajak berubah serta mana yang tidak.

Selain itu pergerakan juga akan mampu menyingkirkan musuh-musuh perubahan dan pembaharuan di masyarakat serta sebagai gantinya menumbuhsuburkan semangat pergerakan dan pembaharuan di dalam masyarakat.

Selanjutnya harakah atau pergerakan akan memungkinkan terbukanya pintu ijtihad, menumbuhkan kesadaran umum dan menggoyahkan sendi-sendi diktatorisme, sekularisme dan atheisme.

Akhirnya sebuah harakah akan sangat membantu proses lahirnya individu-individu muslim, rumah tangga muslim dan masyarakat muslim serta membuat rencana jitu untuk mengobati penyakit-penyakit yang ada di tengah masyarakat.

Bila Indonesia benar-benar ingin melakukan perubahan-perubahan dan pembaharuan yang mendasar dan menyeluruh, tak ada salahnya mencoba melongok agenda perubahan yang ditawarkan ulama besar Mesir Hasan Al-Bana karena begitu rinci dan akurat.

Para akhwat seyogianya ikut terlibat dan berperan aktif untuk mewujudkan agenda perubahan tersebut di tengah masyarakat Indonesia.

Hasan Al-Bana mengingatkan agar tidak tergiur dengan system Eropa yang seronok, syahwati tetapi membawa kepada kehancuran dan sebaliknya segera berpaling pada system Islam yang terhormat, penuh dengan nilai-nilai kebenaran, ketegaran, keberkahan dan pengendalian diri.

Beliau membagi agenda perubahan dan pembaharuan tersebut dalam 3 tema besar dengan 50 butir yang melingkupi semua sektor kehidupan manusia.

A. Politik, peradilan dan administrasi.

1. Menghancurkan fanatisme kelompok dan mengarahkan potensi umat Islam secara politik dalam keseragaman orientasi dan kesatuan barisan.

2. Perbaikan undang-undang sehingga sesuai dengan tuntutan syariat Islam dalam setiap cabangnya.

3. Meningkatkan kekuatan pasukan, memperbanyak kelompok pemuda untuk dilatih dan berjihad .

4. Menguatkan ikatan antar wilayah Islam terutama negeri-negeri Arab.

5. Meningkatkan semangat keislaman di kantor-kantor pemerintah sehingga seluruh pegawai merasa butuh kajian Islam.

6. Melakukan kontrol terhadap perilaku pribadi pegawai agar bisa membedakan kepentingan pribadi dan pekerjaan.

7. Menunaikan pekerjaan, tidak ditunda-tunda dan menghindari lembur.

8. Menghapus risywah (suap) dan komisi.

9. Menimbang setiap aktivitas pemerintahan dengan ajaran Islam dan jadwal kegiatan tidak berbenturan dengan waktu shalat.

10. Memasukkan dan melatih ulama untuk bekerja dalam bidang militer dan kesekretariatan.

B. Sosial dan ilmu pengetahuan.

1. Membiasakan masyarakat berpegang pada etika dan kesopanan serta menindak tegas para pelanggarnya.

2. Mengatasi persoalan kaum wanita dengan solusi yang dapat menggabungkan antara peningkatan diri dan sekaligus pemeliharaan kehormatannya sesuai ajaran Islam.

3. Memberantas prostitusi dan zina harus dianggap kejahatan dan kemungkaran yang harus ditindak dan dihukum tegas.

4. Menghancurkan praktek perjudian dengan segala bentuk.

5. Memerangi minuman keras dan obat-obatan terlarang.

6. Memerangi tabarruj, pamer aurat dan mengarahkan para wanita untuk berperilaku sebagai muslimah shalihah.

7. Meninjau kembali kurikulum pendidikan kaum wanita dan melakukan pembedaan sebanyak mungkin di antara kurikulum untuk siswa dan siswi.

8. Melarang siswa dan siswi bercampur baur dalam satu kelas.

9. Memompakan semangat para pemuda untuk menikah, membangun keluarga dan mendapatkan keturunan.

10. Menutup klub-klub malam, panggung tarian maksiat dan sejenisnya.

11. Mengontrol kegiatan pentas dan peredaran film-film dan kaset-kaset (VCD).

12. Menyeleksi nyanyian-nyanyian yang berkembang di masyarakat dan menyediakan alternatif pengganti.

13. Menyeleksi produk siaran radio dan teve yang dikonsumsi masyarakat.

14. Menyita cerita-cerita dan buku-buku porno.

15. Mengatur keberadaan vila-vila agar tidak disalahgunakan.

16. Membatasi waktu buka warung-warung dan mengontrol kesibukan pengunjungnya.

17. Menggunakan warung-warung itu sebagai tempat pengajaran baca-tulis.

18. Memerangi tradisi negatif dalam perilaku ekonomi, akhlak, dan lain-lain.

19. Menjadikan aktivitas menentang hukum Allah sebagai sasaran amar ma’ruf nahi munkar.

20. Menghimpun lembaga pendidikan resmi dan masjid-masjid di kampung-kampung.

21. Menetapkan kurikulum agama sebagai materi pokok di setiap sekolah dan perguruan tinggi.

22. Mendorong kegiatan menghafal al Quran di kantor-kantor dan sekolah serta menjadi syarat kelulusan dan untuk memperoleh ijazah.

23. Menetapkan strategi pengajaran yang baku dalam rangka meningkatkan dan mendongkrak kualitas system pendidikan. Menyatukan kurikulum-kurikulum yang memiliki tujuan beragam.

24. Memberikan porsi cukup bagi mata pelajaran bahasa Arab sebagai bahasa utama.

25. Memberikan porsi perhatian kepada materi sejarah, sejarah nasional, kebangsaan dan peradaban Islam.

26. Memikirkan sarana-sarana untuk menyatukan keberagaman di masyarakat

27. Menghapuskan gaya hidup kebarat-baratan.

28. Memberikan pengarahan yang baik kepada para penerbit dan penulis.

29. Memperhatikan urusan kesehatan masyarakat.

30. Memperhatikan keadaan kampung, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan penertiban lingkungan, kebersihan, sanitasi serta membersihkannya dari nilai-nilai yang negatif.

C. Ekonomi

1. Mengatur pengelolaan zakat baik penggalangan maupun pendistribusiannya di sektor sosial maupun kemiliteran.

2. Mengharamkan riba dan mengatur system perbankan islami.

3. Mendorong dan menggalakkan kegiatan ekonomi untuk membuka lapangan kerja dalam negeri dan melepaskan diri dari ketergantungan tenaga kerja asing.

4. Melindungi masyarakat umum dari penindasan akibat monopoli

5. Memperbaiki nasib dan gaji para pegawai rendahan dan memperkecil gaji pegawai tinggi.

6. Melakukan pengaturan tugas yang proporsional di kalangan pegawai birokrasi.

7. Memberikan dorongan dan pembinaan kepada para buruh dan tani

8. Memberikan perhatian pada peningkatan keterampilan kerja dan aktivitas sosial

9. Memanfaatkan sebesar-besarnya kekayaan alam untuk rakyat

10. Mendahulukan proyek-proyek yang primer dan mendesak daripada yang sekunder

D. Konsep ‘Ailah (extended family) Sebagai Terobosan Solusi

Melihat begitu luar biasanya agenda perubahan dan pembaharuan serta perbaikan masyarakat yang ditawarkan Hasan Al Banna, yang segera terpikir adalah gambaran sebuah masyarakat yang baik dan diridhai Allah sebagai istilah baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuri tidak menjadi slogan kosong belaka.

Sebagai ibu, akhwat pun lalu menjadi berharap banyak bahwa agenda tidak mampu menghasilkan sebuah dunia yang baik, aman dan kondusif bagi tumbuh-kembang dan terpeliharanya iman dan takwa anak-anaknya. Bila tidak bagaimana ia akan dapat menutup mata kelak dengan tenang, meninggalkan anak-cucunya di tengah-tengah dunia yang centang perentang.

Namun yang jelas semua itu tidak akan dengan mudah begitu saja diraih atau diwujudkan dalam sekejap mata tanpa perjuangan keras termasuk dirinya (Ar-Ra’d: 11)

Bila setiap orangtua baik ayah maupun ibu menyadari upaya perbaikan masyarakat akan berdampak langsung bagi kebaikan keluarga dan generasi mendatang kiranya tak akan ada suami-suami yang memprotes kiprah akhwat yang menjadi istrinya. Bahkan ia pun turut bahu membahu memperjuangkan terwujudnya gagasan mulia itu.

Satu solusi jitu ditawarkan oleh Dr. Lois Lamya Al-Faruqi, seorang muslimah Amerika. Beliau membedakan kedudukan dan peran wanita dalam 4 fase sejarah. Fase pertama masyarakat Arab abad ketujuh pra Islam, fase kedua periode awal Islam, fase ketiga abad-abad kemerosotan M) dan fase keempat periode pembaharuan (1900-sekarang).

Dr. Lamya menginginkan bahwa fase pembaharuan ini akan mengembalikan kondisi wanita seperti di masa-masa emas periode awal Islam.

Beliau menawarkan pola ‘Ailah (extended family) atau keluarga besar sebagai suatu lembaga yang dapat memberikan keuntungan yang sangat besar bagi laki-laki maupun wanita, jika lembaga ini eksis di tengah-tengah masyarakat Qur ani.

Beberapa keuntungan kongkret yang di dapat dengan diterapkannya ‘ailah ini akan sekaligus menjadi solusi bagi kegamangan akhwat untuk menyelaraskan tugas-tugas fitrahnya dengan tuntutan untuk menjadi akhwat haraki yang aktif melakukan perbaikan-perbaikan di tengah masyarakatnya.

1. ‘Ailah (extended family) melindungi baik suami/ikhwah maupun istri/akhwat dari sikap egoisme dan kekakuan individualisme.

2. ‘Ailah memungkinkan terbinanya karir maupun aktivitas dakwah akhwat haraki tanpa harus mengorbankan tugas-tugas fitrahnya selaku istri, ibu dan anak dari orang tuanya yang bisa jadi sudah lansia dan ikut tinggal di dalam rumahnya. Di dalam ‘ailah akan selalu terdapat orang dewasa lain untuk membantu istri atau ibu yang bekerja tersebut. Akhwat-akhwat aktivis yang berada dalam ‘ailah tidak akan menderita beban fisik ataupun emosi karena kelebihan beban kerja. Dan ia juga tidak akan merasa bersalah karena mengabaikan tanggung jawab perkawinan, keluarga dan keibuan.

3. ‘Ailah menjamin system sosialisasi yang memadai bagi anak-anak karena ia tidak semata-mata mendapatkannya dari orangtua.

4. ‘Ailah memberikan keberagaman psikologis dan social dalam kebersamaan orang dewasa dan anak-anak.

5. ‘Ailah mencegah kemungkinan terjadinya pemisahan antar generasi, karena dalam ‘ailah hidup 3 generasi atau lebih yang hidup bersama dan berhubungan secara intensif sehingga menjembatani gap di antara generasi.

6. ‘Ailah menghapus masalah loneliness (kesepian) yang terkadang mendera wanita-wanita, laki-laki yang masih melajang atau pun para kakek dan nenek.

7. ‘Ailah dapat memberikan perawatan memadai dan manusiawi bagi para lansia.

Bila kesemua formula tersebut coba kita terapkan ditambah kemampuan bekerja sama secara sinergis di antara akhwat anggota harakah juga dengan masyarakat pendukungnya, insya Allah mudah-mudahan setiap akhwat tidak akan mengalami kegamangan dalam meretas jalan menuju ridha illahi. Wallahu a’lam

Hujan, perpustakaan , waktu itu....

Dulu
ketika langit mendung
kita berlari menuju perpustakaan
bersama membahas Anna Karenina, War and Peace (Leo Toltov), sayap-sayap patah, sang nabi (kahlil gibran), lalu shakes peare, rummi, sampai no me la tangere yg menggegar filipina di masa dulu
kita tertawa, berdebat, berargumen
lalu rintik hujan membuat angkasa mengabut
ingatkah kamu, di perpustakaan SMA kita, waktu itu?

Dulu, ketika gerimis mulai datang
kita terjebak di koridor sekolah yg ramai
pernah ku tanya kamu: "kapan berjilbab?"
kamu senyum, "suatu saat nanti, dgn jilbab berwarna langit (biru)"

dulu, saat waktu itu hampir tiba
dan akhirnya kita sibuk sendiri
tak pernah lagi ada hujan yg menjebak kita di koridor sekolah
atau mengundang kita untuk memandangi hujan dari perpustakaan

kita hanya menyadari bahwa kemudian kita lulus SMA
dan tak bersapa lagi

antara kita, kesunyian bersekutu dgn waktu
terasa lama sekali

dan sekarang
saat hari2 padat kuliah didepan mata
saat jurnal2 ilmiah harus segera di baca
saat harus banyak turun ke lapangan mendalami matakuliah
saat itu, dalam jeda, aku menemukanmu
di kampus indralaya
anggun dalam juba berwarna langit cerah (biru)

aku tak berani menyapa
tapi kupikir suatu saat perpustakaan akan membuat kita bertemu
saat itu tiba, ku tak tahu harus berkata apa...

to mother

作詞 YUI
作曲 YUI
アーティスト YUI

だって あなた 言ったじゃない
涙声 うつむいたまま

嘘もつけなくなったら
生きてゆけなくなるよと

愛されていたいと思うから
どんな痛みだって
笑ってみせた ah ah

悲しみって
あたし一人だけなら
耐えられるのに

優しさって
残酷よね?

心 まで こころ
みだれるもの

ずっと一緒に居たいけど
嫌いなとこが増える日々

似たもの同士なんだよね?
わかるような気もしってる

愛し合える人が出来たの
そんな日がくれば
変われるかな ah ah

幸 せって
魔法みたいに
輝 いてくれないけど

憎しみって
ささいなすれ違いでしょ?
泣かないで

たかが運命なんて
変えてゆけるんだって
家を飛び出して夜に泣いた

誰もいない公園のベンチで
迎えに来てくれるのを待っていた むか

悲しみって
寄り添えば何処となく
温 かくて

優しさって
側にあればふと
甘えてしまうもの

ねぇ
幸せ よ しあわセ
たぶん
あたし

あなたが
居たんだから

YUI - to Mother

Intro:
C G Am G
F G C

Verse:
C G Am G
F G C B7
C E Am G
F G C
Am G F (x2)
G

Chorus:
C G Am G
F G C B7
C G Am G
F G C

Instrumental:
C E Am G
F G C

repeat Verse

repeat Chorus

Instrumental 2:
C G Am G
F G C B7
C G Am G
F G C

Bridge:
Dm Em F G (x2)

repeat Chorus

Outro:
C G Am G
F G C

Chords by,
tsunvun86


datte anata itta janai
bukankah engkau t’lah beritahu aku

namidagoe utsumuita mama
suara tangisan pergilah menjauh

uso mo tsukenakunattara
jika dusta sudah tak sanggup lagi

ikite yukenakunaruyo to
hidup takkan lagi berlanjut

aisarete itai to omou kara
semenjak engkau ingin dicintai

donna itami datte
walau penderitaan menyelimuti

waratte miseta ah ah
terlihat tawamu ah ah

kanashimi tte
kesedihan ini

atashi hitori dake nara
melanda diriku yang kesepian

kotaerareru no ni
beritahu aku apakah

yasashisa tte
kebaikan itu

zankoku yo ne?
begitu kejam, ya?

kokoro made kokoro
betapa hati (ini)

midareru mono
menjadi bingung

zutto isshoni itai kedo
inginkan kebersamaan namun

kirai na toko ga fueru hibi
benci hal-hal yg engkau perlihatkan tiap hari

nitamono doushi nanda yo ne?
kita bagai sehati, ya?

wakaru you na ki mo shitteru
kurasa aku mengerti

aishiaeru hito ga dekita no
aku mencintai seseorang saat ini

sonna hi ga kureba
jika hari itu tiba

kawareru kana ah ah
(kuharap) bisa berubah ah ah

kou sette
kebahagiaan itu

mahou mitai ni
bagai keajaiban

hikaru itekurenai kedo
bersinar walau tidaklah demikian

nikushimi tte
kebencian itu

sasai na surechigai deshou?
suatu kesalahpahaman, kan?

nakanaide
janganlah menangis

taka ga unmei nante
seakan takdir belaka

kaete yukerun datte
itu hal yg bisa engkau ubah

ie wo tobidashite yoru ni naita
(aku) pergi dari rumah & menangis semalaman

dare mo inai kouen no benchi de
tak ada seorangpun di sudut bangku taman

mukae ni kitekureru no wo matteita muka
kutunggu engkau datang menjemputku

kanashimi tte
kesedihan itu

yorisoeba izuku to naku
jika kita pahami bersama

atatakakute
(terasa) kehangatannya

yasashisa tte
kebaikan itu

kawa ni areba fu to
jika itu dekat padamu

amaete shimau mono
akan menjadi manfaat

nee
hey

shiwase yo shiawase
betapa bahagianya

tabun atashi anata ga itan dakara
mungkin karena aku miliki engkau bersamaku

Spoiler Alert!!! ~ kata ‘engkau’ disini adalah ’sang Bunda’

Republika Online

Beranda